Timezone tidak ada matinya. Sejak berdiri tahun 1978 di Australia, Timezone bisa disebut sebagai brand yang melegenda karena sudah menemani keluarga di berbagai negara selama beberapa dekade. Namun, pada masa pandemi ini, sepertinya Timezone harus berjuang ekstra karena adanya pembatasan sosial. Jadi, bagaimana cara mereka bertahan selama ini?
Filipina
Pandemi membuat Timezone Filipina harus menutup beberapa tempat mereka sejak pembatasan sosial mulai dilakukan pada Maret 2020. Tak ingin pasrah, Timezone Filipina mencari jalan keluar dengan membawa mesin bermain mereka ke tempat pengunjung. Caranya?
Timezone Filipina mulai menjual beberapa mesin permainan mereka dari harga 55 ribu peso atau setara 16 juta rupiah hingga 65 ribu peso atau setara 19 juta rupiah sejak bulan September 2020.
Menjual mesin mungkin merupakan langkah terakhir yang bisa dilakukan Timezone Filipina untuk menghidupi perusahaan, menggaji karyawan, dan tetap bertahan. Namun, ketika pandemi berakhir nanti, pada akhirnya, mereka harus membeli mesin permainan kembali.
Singapura
Berbeda dari Filipina, uniknya Timezone Singapura justru membuka arena baru dan terbesarnya yang bernama Timezone Westgate pada 4 Desember 2020 lalu.
Di atas lahan seluas 18 ribu hektar atau setara 3 kali lapangan basket, Timezone Westgate mampu menampung lebih dari 200 mesin permainan terbaru.
“Timezone Westgate yang merupakan arena Timezone terbesar di Singapura, memiliki banyak pilihan permainan, sesuatu yang sangat kami butuhkan di masa ini,” ujar Nesh Selva, General Manager Timezone Singapore seperti dikutip dari Teeg.
“Membuka tempat bermain terbesar kami pada masa pandemi merupakan bukti komitmen kami untuk ikut membangun bangsa,” lanjutnya.
Bisa dibilang bahwa langkah Timezone Singapore ini agak berisiko mengingat pandemi masih ada dan kepercayaan publik untuk kembali beraktivitas di luar sepertinya belum sepenuhnya kembali.
Namun, embel-embel bahwa arena ini merupakan arena terbesar mereka di Singapura, bisa memantik rasa penasaran warga setempat untuk mencoba bermain di sana, terlebih karena kurva kasus COVID-19 di Singapura sudah melandai pada bulan Desember 2020. Sebagai upaya untuk bangkit, keputusan Timezone Singapore mampu menarik perhatian. Kami juga yakin bahwa Timezone Singapore sudah memiliki perencanaan dan kalkulasi yang mantap sebelum sampai pada keputusannya.
Indonesia
Timezone Indonesia menutup puluhan arena mereka yang terletak di pusat perbelanjaan sebab mal merupakan salah satu tempat yang dibatasi operasionalnya selama pembatasan sosial.
Tak menjual mesin, Timezone Indonesia tetap berusaha menarik minat target pengunjung mereka dengan memberikan begitu banyak promo pengisian saldo kartu di aplikasi mereka bernama TZPromo yang baru hadir sejak Desember 2020.
Meski begitu, beberapa arena Timezone kini sudah dibuka kembali secara bertahap. Timezone Indonesia juga berupaya untuk menerapkan protokol kesehatan demi kesehatan dan kenyamanan pengunjungnya.
Dibanding kedua negara sebelumnya, Timezone Indonesia memutuskan untuk “membakar potensi profit” mereka. Langkah yang cerdik.
Pada umumnya, harga atau biaya merupakan pertimbangan utama ketika konsumen memutuskan untuk membeli sesuatu
Melalui cara ini, Timezone Indonesia bisa tetap menjaga hubungan mereka dengan pengunjung setianya. Ketika arena permainan boleh dibuka kembali, setidaknya Timezone Indonesia bisa memulai kembali bisnis mereka bersama para pengunjung setianya tersebut.
Selain itu, berlakunya protokol kesehatan membuat para pengunjung harus tetap berjarak. Memberikan insentif saat pengisian saldo sama saja dengan memberikan tambahan waktu bermain bagi pengunjung.
Saat kapasitas jumlah pengunjung dibatasi, tentu Timezone Indonesia bisa mendapat dua keuntungan: (1) Arena mereka tidak terlihat sepi karena orang-orang memiliki kesempatan bermain lebih lama; dan (2) Siapa yang tidak suka bonus? Terlebih pandemi juga membuat banyak orang kekurangan hiburan selama di rumah.