Pada awal tahun 2021 ini, Burger King mengganti logo mereka setelah 20 tahun mengudara. Bukan menciptakan logo baru, melainkan mendaur ulang logo lama. Mengapa begitu ya?
Menurut Global Chief Marketing Officer Restaurant Brands International, pemilik Burger King, Fernando Machado, penggantian logo Burger King merupakan upaya mereka untuk menyampaikan kepada konsumen bahwa Burger King akan selalu berkembang.
Dalam logo “baru” mereka, Burger King menghilangkan aksen biru. Tidak ada warna biru pada burger dan roti burger juga tidak lagi mengkilap.
Logo baru Burger King memang terasa sudah cukup tua dan klasik, karenanya proporsi dan font logo sedikit diubah untuk memberi kesan modern. Bentuk retro sendiri digunakan kembali untuk merepresentasikan bentuk burger dengan lebih baik. Penggunaan warna-warna bernuansa cokelat dan merah diartikan sebagai proses pemanggangan burger.
Bentuk huruf pada logo baru ini digunakan untuk mewakili bentuk dan rasa hidangan Burger King yang memiliki tagline “Rounded, Bold, and Yummy”.
Selain itu, pada awal tahun ini Burger King juga mengumumkan bahwa mereka akan menghapus semua bahan pewarna dan pengawet buatan dari burger Whopper. Inisiatif ini mereka lakukan untuk menyajikan pilihan menu yang lebih sehat bagi konsumen mereka.
Sebagaimana upaya rebranding di berbagai perusahaan, logo baru Burger King juga akan diterapkan di jaringan restoran, seragam karyawan, dan aset pemasaran mereka, baik online maupun offline.
“Kami telah berupaya untuk meningkatkan kualitas makanan dan pengalaman konsumen,” menurut Fernando Machado.
Di samping itu, perubahan logo ini ternyata mampu menarik perhatian warganet di seluruh dunia. Menurut Paul Trani, salah seorang desainer kenamaan, logo baru Burger King memang tidak terlalu trendi, namun sangat sederhana sehingga mudah dikenal
Brand Identity Burger King dan Strategi di Baliknya
Raphael Abreu, Head of Design di Restaurant Brands International, menilai desain akan mempengaruhi cara suatu brand dalam berkomunikasi. Desain yang baik dan tepat sasaran dapat membuat konsumen memahami karakter dan nilai-nilai suatu brand serta tertarik untuk membeli produk brand tersebut
Di tengah ketatnya persaingan restoran cepat saji, terutama pada masa pandemi ini, setiap brand perlu melakukan strategi yang taktis agar dapat mengungguli kompetitor dan mengambil hati calon konsumen.
Dalam buku The Brand Gap karya Marty Neumeier, disebutkan setidaknya ada 5 strategi dalam visual branding, antara lain:
- Diferensiasi
Agar branding yang kita ciptakan berhasil, suatu brand harus memiliki keunikan yang dapat membedakannya dari brand lain.
- Kolaborasi
Dalam mengembangkan brand, semuanya tidak bisa dikerjakan sendirian. Sebaiknya brand berkolaborasi dan berinteraksi dengan target market mereka agar bisa menentukan desain yang cocok dan mudah diingat.
- Inovasi
Minat masyarakat akan selalu berubah setiap waktu. Brand perlu memahami selera pasar dan mengikuti tren atau menciptakan gebrakan baru sesuai dengan karakter brand.
- Evaluasi
Brand juga perlu melakukan evaluasi terhadap upaya branding-nya, misalnya mengadakan survei terhadap target market.
- Manajemen
Strategi terakhir adalah menjaga brand awareness agar senantiasa diingat audiens dalam jangka waktu yang selama mungkin.
Langkah re-branding yang dilakukan oleh Burger King dalam masa pandemi ini sangatlah strategis. Ketika banyak brand restoran cepat saji mengalami penurunan penjualan karena pembatasan sosial di berbagai negara, Burger King cukup gencar melakukan kampanye promosi secara digital, termasuk kini dengan mengubah logo mereka.
Dengan mendaur ulang logo mereka pada tahun 90-an, secara tidak langsung Burger King telah melakukan nostalgia marketing terhadap pelanggan mereka di berbagai negara yang kini berada pada usia 30-an ke atas dan pernah mengunjungi Burger King dengan brand identity mereka pada tahun tersebut.
Selain itu, upaya Burger King untuk menghapus bahan pewarna dan pengawet buatan dari burger Whopper terbilang inovatif mengingat semakin banyak orang yang sadar pentingnya menjaga kesehatan tubuh dengan mengonsumsi makanan yang sehat. Karena itu, bukan tidak mungkin Burger King dapat menarik calon konsumen lain yang selama ini menganggap menu restoran cepat saji tidak sehat.
Apakah ini merupakan langkah awal bagi Burger King untuk mengubah brand image mereka dengan menghadirkan menu-menu yang sehat?